NO COPAST
Tittle : Please Deh Aah…!
Genre : Comady (mudah-mudahan aja lucu)
Rafael
Bisma
Annabelle
Cast :
· Annabelle
· Bisma
· Rafael
Copyright © By: Ima Siti Rahmah
~oOo~
Prolog
Please
Deh Aah…!! #1
Tap.
. tap. . .tap
satu
persatu tangga menuju sawah Annabelle lalui dengan perasaan riang, wajahnya yang manis dan terlihat
sangat polos tak henti-hentinya menebarkan senyum yang menawan. Saat setelah
sampai di tengah-tengah sebuah pematang sawah, ia memutar-mutarkan badannya bak
Cinderella
yang baru saja diberi gaun pesta oleh ibu peri. Terang saja ia merasa
senang seperti itu, karna ini merupakan liburan yang selalu di impikan oleh Annabelle.
Liburan di tempat yang sunyi jauh dari kebisingan kota, dan tentunya jauh dari
segudang tugas sekolah yang sangat
menjenuhkan.
Ia
kembali melangkahkan kakinya, merentangkan kedua tangannya merasakan angin yang
sepoi-sepoi menyapu kulitnya. Namun tiba-tiba saja Annabelle menghentikan
langkahnya, ia merasakan sesuatu yang lembek dan agak basah terinjak oleh
kakinya. Ia membungkukan badannya, tangannya mencolek sedikit benda yang
menempel pada kakinya tersebut. Hidungnya mengendus-endus benda itu, baunya
yang tajam sontan membuat perut Annabelle terasa mual. Senyum manisnya memudar,
matanya yang bulat kini terbelalak saat ia mengetahui apa yang menjadi pijakan
sebelah kaki Annabelle. “Oh tidak, ini kotoran kerbau… hhuaaaa..oh god, ini
menjijikan” Annabelle segera menarik kakinya yang menginjak kotoran tersebut.
Cepat-cepat ia membalikan badannya berniat untuk pulang kerumah saudaranya.
Mungkin
memang hari itu hari sial bagi Annabelle, belum juga rasa kesalnya hilang
karena barusaja menginjak kotoran kerbau. Kali ini kerbau aslinya terpampang
jelas tak kurang dari 1 meter di depanya dan dengan sukses membuat Annabelle
terlonjak kaget dibutnya “Muooo…”.
Annabelle berteriak histeris, ia mundur beberapa langkah mencoba
menjauhkan diri dari hewan besar itu. Karna tidak memperhatikan jalan, Annabele
terpeleset dan ~dugh~ buaknnya menyentuh tanah ternyata bokong Annabelle malah
menduduki kotoran kerbau yang beberapa saat lalu ia injak “OH NO, WHAT THE
HELL..!” Jerit Annabelle.
Bisma
yang sedari tadi duduk di atas kerbaunya sambil menenteng sebuah seruling
bambu, akhirnya ia turun juga saat melihat Annabelle jatuh dan matanya kini sudah
berkaca-kaca menanhan air mata. Belum sempat Bisma menawarkan bantuan pada
Annabelle, ia sudah kena semprot oleh Annabelle “Jangan deket-deket, udah cukup
gue dapet 3 kesialan hari ini sekaligus. Please-please, lo jauh-jauh deh dari
gue.” Annabelle memalingkan wajahnya sambil memohon-mohon agar Bisma segera
pergi dari hadapannya. Bisma yang merasa bingung melihat Annnabelle yang
sepertinya ketakutan dengannya, ia mengerutkan keningnya sambil menaikan
sebelah alisnya. “Aduh si enēng ini
teh jangan takut sama saya, da sayamah bukan jurig alias hantu. Tapi saya mah Bisma,
Bisma Karisma yang kasep tea sakota Garut.”
Annabelle
menoleh kearah Bisma, pipinya mengembung, keningnya sengaja ia kerutkan seperti
orang yang tengah berfikir. “Bantu gue berdiri, terus anter gue ke sungai itu.”
~oOo~
Annabelle
berusaha membersihkan kakinya di sunggai, sedangkan Bisma tengah asyik
memandikan kerbaunya. Annabelle terus menggosok-gosok kakinya, namun tetap saja
bau kotoran kerbau tersebut enggan pergi. “Eem Bis bisma…lo bawa sabun mandi
ngak ?” Tanya Annabelle ragu-ragu pada pemuda tersebut. Bisma melonggo saat
mendengar pertanyaan Annabelle, ia berfikir bahwa gadis kota tersebut
benar-benar sangat nekat mau mandi terang-terangan di sungai itu didepan
matanya pula.
“Eeh,
lo jangan mikir macem-macem yah. Gue bukan mau mandi disini, gue cuma mau
bersihin kaki gue doang pake sabun, soalnya bau kotoran kebonya ngak mau
ilang-ilang.” Bisma hanya tertawa garing
mendengar penjelasan dari Annabelle yang benar-benar tepat sasaran. Akhirnya
Bisma pun memberikan Annabelle sebuah sabun mandi, dan tanpa pikir panjang lagi
Annabelle langsung menggosokan sabun tersebut kekaki mulusnya.
Beberapa
saat kemudian, Annabelle merasakan ada yang aneh dengan sabun tersebut.
Annabelle memerhatikan bentuk sabun batang itu, lalu ia mendekatkan sabun
tersebut kehidungnya. Ia mencium aroma yang berbeda dari sabun berwarna putih
itu, ia menoleh kearah Bisma yang telah selesai memandikan kerbaunya dan
sekarang tengah bersantai sambil meniup seruling bambunya di atas sebuah batu
besar.
“Bisma..”
Annabelle sedikit berteriak, ia takut suaranya tidak terdengar oleh Bisma karna
gemuruh air sungai. Annabelle melambaikan tanggannya, memberikan symbol agar
Bisma segera menuju kearahnya.
“Ada
apa ?” Tanya Bisma sesaat setelah ia sampai dihadapan Annabelle. Annabelle
menyodorkan sabun yang tadi diberikan Bisma pada Annabelle. “Udah ilang baunya
?” Annabelle hanya mengangguk ragu.
“Eh
Bis, coba deh lo cium sabunnya. Lo ngerasa ngak sabun itu baunya lain ?”
“Hah
lain gimana neng ?”
“Udah
lo cium aja” Bisma pun mendekatkan sabun tersebut pada hidungnya yang bisa dibilang
sedikit mancung tersebut. Ia menaikan sebelah alisnya, merasa tidak ada hal
yang aneh dengan bau sabun tersebut.
“Ahh,
biasa aja neng baunya… masih sama kayak yang kemaren..”
”kemaren
? maksudnya ?”
“iya
masih sama bau sabun kecampur aroma tubuhnya si iteng, kebo saya itu” Annabelle
terbelalak tak percaya saat mendengar pernyataan dari Bisma yang menunjukan
wajah tanpa dosanya “BISMAAA….!! Lo kurang
ajar yah, lo samain kulit gue sama kulit kebo lo itu ? lo piker gue apaan ?”
Annabelle memukul-mukul Bisma yang tengah kebingungan dengan sikap Annabelle
yang tiba-tiba saja menyerangnya, padahal ia pikir ia sudah berbuat sangat baik
terhadap orang yang baru saja ia temui di pematang sawah sekitar 30 menit yang
lalu. Walaupun samapai saat ini dia belum mengetahui nama gadis itu, tapi gadis
itu sudah mengetahui namanya. Benar-benar tak adil.
Tanpa
fikir panjang lagi, Annabelle langsung pergi meninggalkan Bisma, Bisma berusaha
menahan Annabelle. Namun dengan gesit Annabelle bias menghindar dari Bisma “Lo
jangan mendekat, gue udah bisa baca bahwa lo itu bakalan bawa aura negative
buat gue. Jauh-jauh lo dari gue.” Annabelle berusaha menjaga jarak dari Bisma,
ia mundur beberapa langkah mengambil ancang-ancang, dan ~Wussh~ Annabelle lari
dengan kecepatan maximum.
“Neng tunggu dulu, saya
belum tau nama kamu hey..” Bisma berteriak memanggil Annabelle, namun percuma
saja, Annabelle tak mengindahkan panggilan Bisma tersebut. Ia tetap saja
meneruskan langkahnya. Akhirnya Bisma hanya bisa mengacak-acak rambutnya
frustasi. “Dasar awēwē kota teh aneh-aneh pisan “ Bisma tersenyum, ia
melipatkan kedua tangannya di dada “Tapi cantik juga sih” gumam Bisma sambil
cengar-cengir.
~oOo~
Annabelle
Pulang kerumah dengan kondisi yang sangat lusuh, seperti orang yang baru saja
terseret gelombang Tsunami. Keadaaanya benar-benarkacau, ia pulang kerumah
dengan bertelanjang kaki, ia tidak ingat apakah saat ia lari tadi ia masih
memakai sandal ataukah tidak, rambut
panjangnya yang sengaja ia gerai yang mulanya rapih kini telah berantakan, baju
lengan panjang dan celana jeans nya yang mulanya berwarna biru cerah kini
warnanya sudah tidak nampak jelas karena tercampur oleh lumpur sawah ketiaka ia
terjatuh saat berlari.
Annabelle
duduk di rerumputan halaman depan rumah paman dan bibinya, ia berusaha mengatur
nafasnya yang tersenggal-senggal. Tatapan matanya kosong, ia masih sangat shock
dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Rafael yang baru saja datang dengan
motor gedenya memasuki halaman depan rumahnya, ia tak tau kalau yang sedang
duduk di halaman rumahnya itu adalah sepupunya yang sudah 3 hari menginap
dirumahnya.
Rafael
menepuk-nepuk bahu Annabelle, namun tak ada respon dari Annabelle “Pergi sana,
ini bukan tempat penampungan orang gila.” Annabelle yang sedari tadi hanya diam
kini akhirnya ia menangis meraung-raung seperti anak kecil, ia benar-benar tak
habis fikir kenapa Rafael tega menyebutnya sebagai orang gila. “Aduh Teh,
jangan nangis di sini atuh. Nanti dikira orang saya ngapangapain kamu lagi.”
Annabelle menatap kearah Rafael dengan tatapan yang sulit diartikan yang
membuat Rafael semakin bingung dibuatnya.
Rafael
tersenyum saat ia mendapatkan sebuah ide cemerlang, Rafael merogoh saku celana
jeansnya lalu ia menggeluarkan satu keeping uang limaratusan. Ia memberikan
uang tersebut pada Annabelle, Annabelle pun menerima uang tersebut ia menaikan
sebelah alisnya kebinguanmgan. “Uang itu
buat teteh, sekarang teteh pergi yah dari sini” Annabelle memelototkan matanya,
ia berfikir Rafael benar-benar kejam sudah tak mengenali dirinya lagi.
Annabelle
menangis semakin menjadi-jadi, ia melingkarkan tangannya memeluk kaki kanan
Rafael sambil sesekali mengelapkan ingus kecelana jeans Rafael, kini Rafaelpun
ikut-ikutan menjadi histeris karena ulah Annabelle tersebut “Abah, Ambu
tolongin anakmu yang ganteng ini. Ada
orang gila di depan rumah kita !” Rafael berteriak histeris, membuat Abah dan
Ambunya yang sedang bersantai di ruang keluarga terlonjak kaget.
“Bah
denger ngak tuh ?”
“Iya
mbu, itu kayak si Rafa manggil-manggil kita.”
“Ada
apalagi sih sama anak itu ?”
“Ngak
tau lah mbu, orang dari tadi Abah sama ambu disini.”
“Yasudahlah
bah, kita keluar saja”
Rafael
berusaha melepaskan tangan Annabelle dari kakinya, namun hasilnya nihil.
Annabelle malah memperkuat dekapannya di kaki Rafael. Abah dan Ambu yang baru
saja keluar dari rumah untuk melihat keluar rumah, mereka terkejut melihat
putra semata wayang nya yang sedang meraung-raung meminta pertolongan dari
mereka. “Abah, Ambu cepetan atuh. Rafael anak mu yang ganteng ini takut sama
makhluk jadi-jadian ini.” Rafael bergidik ngeri menunjuk Annabelle yang juga
sama-sama sedang meraung-raung meminta pertolongan, namun dalam konteks yang
berbeda.
“Huaaa
Paman, Bibi tolongin Anna. Rafael jahat, dia udah ngata-ngatain Anna. Tadi dia
bilang Anna orang gila, terus orang aneh, sekarang dia bilang Anna itu makhluk
jadi-jadian huaaaa…Rafael jahat..” Rafael dan juga kedua orang tuanya melongo
saat mengetahui orang yang sedang duduk selonjoran sambil memeluk kaki Rafael
itu adalah Annabelle, dan sekali lagi Annabelle mengelapkan ingusnya kecelana
jeans Rafael.
“haduuuh
Annabelle lo jorok banget siih…”
BERSAMBUNG
0 komentar:
berkomentar yang membangun tidak termasuk spam/promosi